8 Kaidah dalam Masalah Hidayah
Bersama Pemateri :
Ustadz Maududi Abdullah
8 Kaidah dalam Masalah Hidayah adalah ceramah agama Islam oleh Ustadz Maududi Abdullah, Lc. yang disampaikan pada Sabtu, 20 Rabi’ul Akhir 1445 H / 4 November 2023 M.
8 Kaidah dalam Masalah Hidayah
… فَيُضِلُّ اللَّهُ مَن يَشَاءُ وَيَهْدِي مَن يَشَاءُ…
” Allah memberikan kesesatan kepada orang yang Allah inginkan dan Allah memberikan hidayah kepada orang-orang yang Ia inginkan.” (QS. Ibrahim[14]: 4)
…وَلَٰكِنَّ اللَّهَ حَبَّبَ إِلَيْكُمُ الْإِيمَانَ وَزَيَّنَهُ فِي قُلُوبِكُمْ وَكَرَّهَ إِلَيْكُمُ الْكُفْرَ وَالْفُسُوقَ وَالْعِصْيَانَ ۚ أُولَٰئِكَ هُمُ الرَّاشِدُونَ
“Allah-lah yang telah memberikan kecintaan kepada kalian terhadap iman dan menghiasi iman itu di dalam hati kalian. Allah Tabaraka wa Ta’ala juga yang telah memberikan kebencian kepada kalian terhadap kekufuran, kefasikan, dan kemaksiatan, mereka adalah orang-orang yang berjalan di atas jalan petunjuk yang benar (mendapat hidayah).” (QS. Al-Hujurat[49]: 7)
Lihat, Allah yang menumbuhkan kecintaan terhadap iman, menghiasinya di dalam hati. Allah yang memberikan kebencian terhadap kekufuran, kefasikan, dan kemaksiatan. Bahkan semua kita tahu siapa-siapa di antara manusia yang berjalan di atas jalan hidayah dan menutup hayatnya di atas jalan hidayah, dan siapa di antara manusia yang tidak berjalan di atas jalan hidayah dan wafat di atas jalan kesesatan. Itu sudah Allah tulis di dalam rahim seorang wanita sebelum kita dilahirkan. Bahkan jauh sebelum itu, Allah telah menuliskannya di Lauhul Mahfud. Sebagai bukti bahwa Allah Tabaraka wa Ta’ala yang telah memberikan hidayah kepada orang yang diinginkan Allah dan menjauhkannya dari orang yang diinginkan Allah.
Dalam hal ini, banyak sekali pertanyaan manusia, dan mayoritas pertanyaan itu logika manusia. Mudah-mudahan delapan kaidah berikut ini mampu menjawab itu semua. Dan kita berharap setelah kita mendengarkan delapan kaidah yang disampaikan oleh para ulama, yang kita nukilkan kepada Antum pada kesempatan kali ini, menjawab pertanyaan itu.
Di antara pertanyaan tersebut adalah kenapa Si Fulan diberikan hidayah dan wafat di atas hidayah? Kenapa Si Fulan tidak diberikan hidayah dan wafat di atas kesesatan? Bahkan telah turun firman Allah Tabaraka wa Ta’ala menyatakan Fulan di dalam neraka, Fulan wafat di atas kekufuran, walau dia masih hidup di permukaan bumi.
1. Hidayah bagian daripada takdir
Takdir terbagi dua, ada yang bisa diketahui dan ada yang tidak. Ketika seseorang diberikan oleh Allah hidayah atau seseorang dihalangi oleh Allah dari hidayah, ini merupakan takdir Allah Subhanahu wa Ta’ala. Oleh karena itu, ada hal-hal yang bisa kita ketahui dan ada yang tidak.
Ketika Allah Tabaraka wa Ta’ala mentakdirkan Abu Jahal, Firaun, Qarun sebagai penduduk neraka, Allah tidak memberikan hidayah kepada mereka. Allah memberitahu kita sebab-sebabnya, sehingga kita mengetahui mengapa Allah Tabaraka wa Ta’ala tidak memberikan hidayah kepada mereka.
Ketika Allah Tabaraka wa Ta’ala memberikan hidayah kepada para sahabat, kita tahu sebagian sejarahnya, bagaimana Abu Bakar, Salman Al-Farisi, dan Bilal bin Rabah mempertahankan agamanya.
Fahami ini sebagai kaidah penting di dalam masalah hidayah. Yaitu Allah ketika membeikan hidayah kepada seseorang, kita tahu sebagian sebabnya dan sebagian lagi kita tidak tahu. Dan hal-hal yang tidak diketahui daripada takdir Allah, tidak diperintahkan kita untuk mencari-cari kenapa, mengapa, dan seterusnya. Allah tahu siapa dia dan Allah Tabaraka wa Ta’ala tahu apakah dia orang yang berhak mendapatkan hidayah atau tidak mendapatkan hidayah. Kembalikan kepada Allah Rabbul ‘Izzati wal Jalalah.
Terkadang kita heran, ada orang yang wafat di atas kekufuran, padahal menurut kita dia sebaik-baik manusia secara sifat, muamalah, bertetangga, bersahabat, bertransaksi, baik secara lisannya maupun budi pekertinya, tidak menyakiti dan membantu orang lain. Namun mengapa Allah Tabaraka wa Ta’ala tidak memberikan hidayah kepadanya? Ini takdir Allah, bagian dari yang tidak kita ketahui.
2. Allah Maha Adil dan tidak pernah mendzalimi siapapun
Menit ke-23:07 . Di Dalam hadits Qudsi riwayat Imam Muslim, Allah telah nyatakan:
يَا عِبَادِي إِنِّي حَرَّمْتُ الظُّلْمَ عَلَى نَفْسِي ، وَجَعَلْتُهُ بَيْنَكُمْ مُحَرَّمًا ، فَلَا تَظَالَمُوا
“Wahai hamba-hambaKu, Aku telah haramkan kedzaliman untuk diriKu. Aku juga telah menjadikan kedzaliman itu haram untuk kalian lakukan sesama kalian, maka jangan kalian saling mendzalimi.” (HR. Muslim)
Lihat: Allah Tidak Pernah Mendzalimi Hamba-HambaNya
Tak ada siapapun yang bisa mewajibkan kepada Allah kecuali diriNya sendiri. Maka Allah telah mengharamkan untuk diriNya kedzaliman. Dan di dalam Al-Qur’an sering kita temukan:
…وَمَا رَبُّكَ بِظَلَّامٍ لِّلْعَبِيدِ
“Rabbmu tidak pernah mendzalimi hamba-hamba.” (QS. Fussilat[41]: 46)
Bahkan di dalam Al-Qur’an surah Al-Kahfi, kita membaca firman Allah:
… وَلَا يَظْلِمُ رَبُّكَ أَحَدًا
“Rabbmu tidak pernah mendzalimi siapapun.” (QS. Al-Kahfi[18]: 49)
Allah tak pernah berbuat dzalim, Allah selalu berbuat adil. Maka, hidayah yang diberikan atau hidayah yang dihalangi larikan kepada kaidah “Allah Maha Adil.” Sehingga tidak akan ada orang yang dihalangi dari hidayah itu didzalimi oleh Allah Rabbul ‘Izzati wal Jalalah. Seluruh penduduk neraka, Allah katakan:
… وَمَا ظَلَمْنَاهُمْ وَلَٰكِن كَانُوا أَنفُسَهُمْ يَظْلِمُونَ
“Dan Kami tidak pernah mendzalimi mereka, akan tetapi merekalah yang mendzalimi diri mereka sendiri.” (QS. An-Nahl[16]: 118)
Di akhirat ada dua hal; yaitu ada rahmat dan kasih sayang Allah untuk penduduk neraka, ada keadilan Allah yang Allah tetapkan untuk penduduk neraka. Maka siapapun yang Allah halangi dari hidayah, karena dia pantas untuk mendapatkan itu. Dan siapapun yang Allah Tabaraka wa Ta’ala berikan kepadanya hidayah, dia adalah orang yang pantas untuk mendapatkan itu. Allah letakkan segala sesuatunya dengan penuh keadilan, dan Allah tidak mendzalimi siapapun.
3. Allah Maha Bijaksana
Menit ke-34:52 Ketika Allah memberikan hidayah dan ketika Allah menghalangi hidayah dari seseorang, penuh dengan hikmah. Allah Maha Bijaksana. Nama Allah Tabaraka wa Ta’ala adalah Hakim (penuh hikmah, penuh kebijaksanaan). Semua yang Ia kerjakan penuh dengan kebijaksanaan. Dan pasti, ketika Allah memberikan hidayah, ada hikmah-hikmah kenapa Allah memberikannya kepada seseorang. Dan pasti, ketika seseorang dihalangi dari hidayah, ada hikmah-hikmah kenapa Allah tidak memberikannya. Itu pasti. Karena seluruh yang dilakukan oleh Rabb kita dilakukan dengan penuh hikmah. Puluhan ayat di dalam Al-Qur’an Allah mengatakan:
… إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلِيمًا حَكِيمًا
“Sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (QS. Al-Insan[76]: 30)
Salah satu makna dari Hikmah adalah Allah letakkan sesuatu pada tempatnya yang benar. Sehingga yang pantas dapat hidayah, Allah akan memberikannya kepadanya. Sedangkan yang tidak pantas dapat hidayah, maka Allah menjauhkannya dari dirinya. Kenapa? Karena Allah Maha Bijaksana, Allah letakkan segala sesuatu pada tempatnya yang benar.
Dalam bab ini, para ulama mengatakan, apabila kita tidak tahu hikmah apa di balik semua itu, yang harus kita yakini adalah pasti ada hikmahnya namun kita tidak tahu. Seluruh yang Allah lakukan penuh hikmah, dan bukanlah syarat bahwa kita tahu hikmah itu.
4. Akal manusia terbatas
Pahami dan sadari bahwa akal kita terbatas. Sehingga keterbatasan akal kita menuntut kita tidak akan tahu semua hikmah Allah. Mencari secara berlebihan tentang hikmah yang ada di balik semua ketentuan Allah adalah perbuatan yang tercela. Manusia mengira mereka bisa paham segalanya dengan akalnya, padahal akal itu terbatas. Allah menciptakan manusia penuh dengan keterbatasan: kemampuan mendengar terbatas, kemampuan melihat terbatas, kemampuan berilmu terbatas. Otomatis, akal juga terbatas.
Berhentilah dalam hal-hal yang menjadi batasan-batasan akal. Dan ketika kita tidak tahu, sadarilah bahwa inilah saya sebagai seorang manusia yang penuh dengan segala keterbatasan. Maka, ketika Allah menyembunyikan, jangan dicari-cari, jangan diwajibkan harus tahu.
Terkadang manusia, kalau tidak sesuai dengan logikanya, dia tolak. Kalau sesuai dengan akalnya, baru dia terima. Dan bukan ini cara beragama yang benar. Cara beragama yang benar adalah ikuti, asal Anda yakin itu adalah perintah Allah, Asal Anda tahu bahwa itu benar-benar datang dari Rasulullah, maka patuh dan taat, walau ada apa dibalik semua itu, sebagiannya Anda tidak tahu. Karena ilmu manusia terbatas. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
… وَمَا أُوتِيتُم مِّنَ الْعِلْمِ إِلَّا قَلِيلًا
“Kalian tidak diberikan ilmu kecuali sedikit.” (QS. Al-Isra`[17]: 85)
Maka, bagaimana mungkin hal yang dilakukan oleh Allah, Rabbul ‘Izzati wal Jalalah harus bisa Anda pahami dengan logika Anda? Maka ini terlalu memaksakan. Sehingga akhirnya, kalau dia terlalu mengedepankan logikanya, maka manusia akan terserat kepada kekufuran.
Apa lagi 8 Kaidah dalam Masalah Hidayah? Download dan simak mp3 kajian yang penuh manfaat ini.
Simak dan download mp3 ceramah agama: 8 Kaidah dalam Masalah Hidayah
Podcast: Play in new window | Download
Artikel asli: https://www.radiorodja.com/53549-8-kaidah-dalam-masalah-hidayah/